Menghidupkan Sejarah di Museum dengan Teknologi

Menjelajah Dimensi Waktu

 

SobatGO pernah menonton film Night at The Museum enggak? Film yang tayang tahun 2016 itu menceritakan bagaimana artefak serta patung bersejarah tiba-tiba hidup di malam hari, mengajak kamu yang menonton filmnya serasa berpetualang di masa lalu dengan cara yang seru dan menegangkan.

 

Nah, meski hal tersebut hanya bisa terjadi di film tapi dengan teknologi masa kini bisa banget lho memungkinkan kamu untuk merasakan sejarah dengan cara yang hampir sama menariknya! Kamu ingin lihat fosil tengkorak Homo Erectus, fosil Gajah Purba, dan replika Tyrannosaurus Rex yang ada di Museum Geologi Bandung bergerak? Bisa! Atau SobatGO mau merasakan seolah sedang berada di Jakarta tempo dulu seperti yang ditampilkan di Museum Fatahillah Jakarta? Bisa juga, dong! Melalui teknologi AR (augmented reality) dan VR (virtual reality), museum sekarang bisa berubah jadi tempat di mana SobatGO bisa merasakan langsung suasana zaman dulu tanpa harus meninggalkan masa kini. Yuk mengenal tentang teknologi AR dan VR.

 

Terlihat Nyata, Meski Bukan Kenyataan

 

Kamu pernah ngebayangin enggak bisa melihat elemen digital muncul langsung di dunia nyata? Nah, AR (augmented reality) adalah teknologi yang memungkinkan hal itu terjadi! Dengan AR, elemen-elemen digital seperti gambar atau objek 3D bisa muncul di dunia nyata melalui layar perangkatmu, seperti ponsel atau tablet. AR bekerja dengan menggunakan sensor untuk memahami lingkungan di sekitar, seperti GPS, giroskop (alat yang mendeteksi perubahan arah pada objek bergerak), dan akselerometer (sensor pada ponsel yang mengukur kecepatan perangkat). Teknologi ini bisa menentukan di mana kamu berada dan ke arah mana kamu menghadap.

Facebook
X
WhatsApp